Kesadaran Akan Hukum

By | November 2, 2019

Kesadaran Akan Hukum – ANGGAPLAH belum ada kajian yang cukup komprehensif berkaitan dengan pertanyaan mengapa kesadaran hukum masyarakat Indonesia demikian lemah. Hal tersebut dapat diketahui bahwa sejauh ini kajian hanya mencoba menjelaskan, misalnya, sebab-sebab terjadinya pelanggaran hukum, bentuk dan jenis pelanggaran hukum, serta akibat merebaknya pelanggaran hukum, ditinjau dalam berbagai aspeknya.

Akan tetapi, kajian yang bersifat mendasar, mungkin juga kultural, untuk menjawab mengapa begitu banyak pelanggaran di Indonesia, seperti kasus-kasus korupsi, kolusi, manipulasi, pelanggaran HAM, dan berbagai bentuk kejahatan lainnya, baik dalam skala besar maupun kecil, belum mendapat perhatian yang memadai. Padahal, kita pun mengetahui bahwa sudah cukup banyak peraturan dalam rangka penegakan hukum, dan dalam berbagai bidang dan kategorinya. Mungkin kita malu bahwa Indonesia merupakan salah satu negara paling korup di dunia. Juga dikenal sebagai negara yang paling banyak terjadi pelanggaran HAM. agen bola

Berdasarkan wewenang dan pembagian tugas yang telah menjadi ciri masyarakat modern, masyarakat (dan negara) terutama memercayakan lembaga hukum atau peradilan seperti kepolisian, kejaksaan, dan kehakiman, sebagai ujung tombak penegakan hukum. Akan tetapi, dalam sejarah Republik Indonesia, institusi ini pula yang dianggap “paling korup ” sehingga bukan saja secara moral institusi tersebut menjadi sangat diragukan integritasnya, tetapi lebih jauh institusi tersebut pun terjebak dalam satu pemeo jangan sampai seperti “maling teriak maling”. sbotop

Terdapat sebuah tesis bahwa berbagai bentuk pelanggaran hukum dan kejahatan tersebut terjadi lebih karena jebakan kemiskinan. Oleh karena itu, dalam kemiskinan itu masyarakat Indonesia berusaha dengan berbagai cara untuk mengatasi problem ekonominya. Tesis tersebut nyata-nyata salah. Pertama, tesis itu mengandaikan bahwa hanya orang miskin yang melakukan banyak pelanggaran hukum. Padahal kenyataannya tidak. Kita tahu, orang kecil Indonesia hanya mungkin melakukan kesalahan sesuai dengan jangkauan sosialnya. Justru orang elite, orang yang memegang jabatan tertentu, dan orang berpangkat yang mampu melakukan pelanggaran hukum besar. https://www.americannamedaycalendar.com/

Kedua, tesis itu mengandaikan bahwa jika Indonesia kaya dan makmur maka pelanggaran hukum dan kejahatan akan berkurang. Tesis itu juga salah. Sejumlah negara kaya dan makmur tidak membuktikan hal tersebut, bahkan dengan karakter, bentuk, dan jenis pelanggaran hukum yang berbeda, negara kaya juga mempertontonkan berbagai pelanggaran hukum. Bedanya, banyak kasus hukum di negara kaya dan maju itu dapat diselesaikan dengan baik.

Paling tidak, terdapat tiga hal mendasar dari praktik budaya Indonesia yang perlu disorot berkaitan dengan lemahnya penegakan hukum. Istilah budaya Indonesia tentu dimaksudkan untuk mempermudah penyifatan, karena paling tidak praktik budaya tersebut diakui bersama, didorong bersama oleh masyarakat dan negara. Praktik budaya itu adalah konsep kekeluargaan, konsep musyawarah-mufakat, dan konsep tenggang rasa (toleransi).

Seperti diketahui, terdapat sebuah mekanisme dalam masyarakat Indonesia untuk menyelesaikan berbagai masalah secara kekeluargaan. Konsep itu juga dilindungi oleh undang-undang. Jika mekanisme tersebut diberdayakan untuk kepentingan-kepentingan bersama (publik), suatu yang bersifat kemaslahatan, tentu sangat baik.

Masalahnya, menjadi kebiasaan bahwa mekanisme ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat pelanggaran hukum (positif). Kita menghargai sejauh hal tersebut merupakan salah satu HAM, dan sangat mungkin merupakan satu proses demokratisasi tersendiri. Mekanisme itu menjadi sangat tidak produktif bagi penegakan kebenaran karena menutupi atau mengabaikan terhadap kemungkinan orang melakukan kesalahan.

Kita mendukung mekanisme dan prosedur kekeluargaan sejauh hal tersebut tetap mengakui bahwa yang bersalah tetap bersalah dan mendapatkan hukuman setimpal dengan kesalahan yang dibuatnya. Jangan sampai mekanisme kekeluargaan tersebut justru ingin mengeliminasi dan menutupi kesalahan seseorang atau sekelompok orang. Jika ini yang terjadi, dalam lingkaran kekeluargaan yang lebih besar ia berubah menjadi konspirasi, konspirasi kejahatan.